Ditulis Oleh:
Rizki Hernanda, S.Pd.
(Calon Guru Penggerak Angkatan 4
dari SMP Islam Al~Azhar Cairo Palembang)
Materi tentang nilai-nilai positif pemikiran Ki Hajar Dewantara memberi inspirasi baru yang membuat tergugah akan pentingnya budi pekerti, menuntun anak dan penghambaan terhadap anak. Menghamba terhadap anak tidak mengandung makna negative tetapi mengandung maksud bahwa sebagai pendidik harus mampu menjadikan murid sebagai subjek pembelajaran dan sumber pembelajaran yang utama. Pendidik tidak hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Pendidik harus belajar mampu mengakomodir semua perbedaan murid dan mengembangkan murid sesuai dengan potensi dan bakatnya masing-masing. Mulai lagi menyisipkan kearifan local dalam pembelajaran untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan mengambil pesan yang terkandung dalam setiap kearifan lokal yang ada di sekitar tempat tinggal murid.
Banyak pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari hasil pembelajaran pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Pengalaman dan pengetahuan tersebut seperti tergugahnya hati dan pikiran untuk menggerak langkah melakukan pembelajaran yang berpusat terhadap murid. Muridsebagai subjek pembelajaran. Posisi murid pun tidak hanya sekedar pasif laksana cangkir kosong yang siap menerima air kapan dan dimanapun. Akan tetapi murid harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya, sekaligus dalam upaya pengembangan keilmuannya. Murid mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara terkait budi pekerti menginspirasi kita untuk menanamkan dan membiasakan diri untuk melakukan hal-hal baik yang layak dan patut dicontoh oleh murid. Kita sebagai pendidik menjadi tauladan yang akan digugu dan ditiru oleh murid. Setiap ucapan, pikiran, dan perbuatan kita akan menjadi inspirasi bagi mereka yang akan mengubah mereka di masa depan.
Demi terwujudnya pemikiran KHD diperlukan seorang guru yang memiliki nilai Mandiri, Kolaboratif, Reflektif, Inovatif, dan Berpihak pada Murid. Nilai-nilai tersebut bertujuan untuk menjadi bekal dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, bermakna, dan lahirnya murid dengan profil pelajar Pancasila. Contoh konkret dalam penerapan nilai-nilai tersebut adalah :
- MANDIRI : Melaksanakan tanggungjawab sebagai pendidik dengan mengembangkan kreatifitas yang dimiliki.
- KOLABORASI : Menerapkan model pembelajaran kolaboratif saat pembelajaran sehingga terbangun kecerdasan dalam berkomunikasi antarsesama.
- REFLEKTIF : Selalu mengadakan refleksi di setiap akhir pembelajaran.
- INOVATIF : menyajikan suatu tantangan dan batasan dalam kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik akan berusaha mencari solusi alternatif.
- BERPIHAK PADA MURID : Memberikan kesempatan untuk berdiskusi, mengenali karakter murid lebih awal sebelum kegiatan pembelajaran, guru menjadi fasilitator dan mediator.
Selain pemahaman terhadap dasar-dasar pemikiran KHD dan berbekal nilai-nilai seorang guru penggerak, diperlukan juga membuat sebuah visi dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Seorang guru penggerak harus memiliki visi yang jelas demi kemajuan Pendidikan. Peran seorang guru penggerak adalah untuk menjadi agen transformasi Pendidikan Indonesia. Visi tersebut bisa terwujud jika seorang guru penggerak memahami betul konsep manajemen perubahan yang diperlukan. Salah satu pendekatan manajemen perubahan yang bisa dijadikan pedoman adalah pendekatan INKUIRI APRESIATIF (IA) dengan tahapan BAGJA. BAGJA merupakan sebuah akronim dari suatu model manajemen perubahan yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif (IA) berbasis kekuatan. Tahapan BAGJA, yaitu : Buat Pertanyaan Utama, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi. Dengan melakukan analisis melalui tahapan BAGJA diharapkan bisa menyediakan lingkungan belajar agar murid dapat mendalami keterampilan yang dibutuhkan dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non-akademik mereka. Selain itu, dapat melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
Apakah cukup hanya berbekal memahami materi di atas saja? Tentu tidak! Masih ada satu materi lagi yang memiliki hubungan erat dalam mewujudkan Pendidikan yang dapat memberikan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Materi tersebut adalah budaya positif berbasis disiplin positif bukan berbasis hukuman. Disiplin merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sementara hukuman dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku murid, disiplin dimaksudkan untuk mengembangkan perilaku para murid tersebut serta mengajarkan murid tentang kontrol dan kepercayaan diri dengan berfokus pada apa yang mampu mereka pelajari. Tujuan akhir dari disiplin adalah agar murid dapat memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan menghargai diri mereka sendiri serta menghargai orang lain.
Selanjutnya guru bersama murid melakukan kegiatan pembuatan kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas terutama pada saat awal semester baru, saat ada murid yang melakukan hal yang tidak sesuai kesepakatan, sebelum menjalankan aktivitas baru, serta ketika awal masuk sekolah setelah libur panjang. Adapun panduan dalam menyusun kesepakatan kelas adalah sebagai berikut.
- Tanya pendapat murid
- Tanyakan ide dari murid untuk mencapai kelas impian
- Ambil kesimpulan dari ide murid Ubah ide menjadi kesepakatan kelas
- Tanda tangani kontrak kesepakatan kelas
- Lihat bersama poster kontrak kesepakatan
- Lakukan Refleksi Rutin tiap pekan
Kesepakatan kelas tidak perlu terlalu banyak sehingga mudah dipahami dan mudah untuk dilakukan. Guru dengan murid membuat kesepakatan kelas dapat mewujudkan budaya postif di sekolah serta dapat meningkatkan hubungan antara guru dan murid. Hubungan guru dan murid adalah faktor penting dalam membangun budaya sekolah yang baik. Budaya positif di sekolah tidak dapat berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik diperlukan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan. Penerapan budaya positif sangat diperlukan dalam aktivitas belajar mengajar sehari-hari. Ada nilai kejujuran, nilai tanggung jawab, nilai moral, nilai sosial, peningkatan kepercayaan diri, saling menghargai dan bertoleransi. Semua nilai tersebut sangat berkaitan dalam penerapan budaya positif di sekolah. Demi mewujudkan budaya positif di sekolah diperlukan landasan pemikiran KHD tentang Pendidikan dan pengajaran, kodrat anak dan kodrat zaman, budi pekerti, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak melalui pendekatan inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA. Semua itu saling mendukung satu sama lainnya. Seorang guru penggerak diharapkan mampu menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah melalui role model maupun keteladanan. Menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif sekolah dan menjadi visi sekolah dapat dilakukan dengan langkah kecil dari sebuah kelas melalui kesepakatan kelas kemudian diimbaskan ke dalam satu tingkatan kelas dilanjutkan pengimbasan ke semua tingkatan kelas sehingga menjadi budaya positif sekolah. (RH)