Karakteristik Pelajaran Sejarah

Menelusuri Karakteristik dalam Pelajaran Seajarah.

Kunjungan Edukasi Siswa Kelas X SMK Kimia YTK ke Museum Balaputera Dewa Palembang

Menjelajahi Jejak Peninggalan Sejarah Sumatera Selatan Melalui Kunjungan Edukasi.

Wisata Sejarah Religi

Mengenal Lebih Dekat Sejarah dan Budaya Islam di Palembang Melalui Wisata Sejarah ke Kampung Arab Al-Munawar.

Semangat Berinovasi di Kala Pandemi

Menebarkan Semangat Berinovasi Kembali Melalui Kegiatan Diklat Sagusablog Lanjutan.

Senin, 28 Maret 2022

Jalin Silaturahim dan Upgrade Ilmu Melalui PMO Tingkat Dasar IGI Palembang 2022

            


            Alhamdulillah kegiatan Pelatihan Manajemen Organisasi (PMO) Tingkat Dasar Ikatan Guru Indonesia Palembang telah terlaksana dengan baik pada tanggal 26-27 Maret 2022. Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 22 peserta, bukan hanya guru yang berdomisili di Palembang namun juga di luar Palembang seperti Banyuasin dan Muaratara. Kegiatan PMO dibuka langsung oleh ibu Sri Sunarti M.Pd.  (Widayaswara BDK Kota Palembang) bersama Ketua PD IGI Palembang yakni ibu Ida Yulia, M.Pd. Adapun narasumber dalam kegiatan PMO Tingkat Dasar IGI Palembang kali ini yakni dari Balai Diklat Keagamaan (BDK) Kota Palembang beserta pengurus wilayah IGI Sumsel dan pengurus daerah IGI Palembang. Kegiatan PMO Tingkat Dasar IGI Palembang tersebut bertema peningkatan kemampuan pengelolaan organisasi yang profesional, inovatif, dan adaptif melalui pelatihan manajemen organisasi tingkat dasar.



           Rangkaian kegiatan PMO Tingkat Dasar antara di hari pertama peserta PMO mendapatkan materi mengenai AD/ART IGI bersama bapak Muharisnan, S.Pd. (Kabid Keanggotaan dan Organisasi PW IGI Sumsel). Kemudian pemateri kedua yaitu bapak Rudi Hermawan, M.Pd. (Widyaswara BDK Kota Palembang) dengan materi Kepemimpinan). Berikutnya peserta PMO juga diajak belajar bersama mengenai wawasan kebangsaan bersama bapak Dr. Weldan Fernando Smith, S.Pd, M.AP. (Widyaiswara BDK Kota Palembang). Lalu materi terakhir di hari pertama PMO yakni mengenai manajemen kegiatan yang disampaikan oleh bapak Rifan Affandi, S.Pd., M.M. (Wakil Ketua Daerah IGI Palembang). 


          Materi hari kedua peserta PMO mendapatkan materi mengenai kebijakan pendidikan kota Palembang bersama ibu Sri Sunarti, M.Pd. (Widyaswara BDK Kota Palembang. Selanjutnya peserta PMO mempelajari materi mengenai Manajemen Administrasi bersama ibu Ida Yulia, M.Pd. (Ketua Daerah IGI Kota Palembang). Kemudian tidak hanya itu saja materi mengenai Manajemen Keuangan juga didapatkan oleh peserta PMO dari pak Irsan, SE, M.Si. (Dewan Pakar IGI Palembang) dan terakhir materi mengenai Peraturan Guru daru bapak Sangkot Samosir, M.Pd. (Kabid. Advokasi dan Regulasi IGI Palembang). Kegiatan PMO juga ditutup secara resmi oleh Bapak Muharisnan, S.Pd. sebagai perwakilan dari PW IGI Sumsel.

           Momen Pelatihan Manajemen Organisasi  Tingkat Dasar IGI Palembang kali ini terkesan sangat luar biasa bukan hanya sekedar sebagai kesempatan bagi peserta untuk mengupgrade ilmu khususnya mengenai organisasi untuk bekal dalam kepengurusan, namun juga menjadi momen silaturahim antar IGIers se-Sumsel. Tidak hanya itu saja suasana selama kegiatan PMO juga tak kalah luar biasa, terlihat dari semangat dan antusias para peserta yang terlibat aktif. Saya sebagai panitia pun merasa kagum dengan para peserta yang seolah tiada lelah mengupgrade ilmu walau dengan agenda pelatihan yang lumayan padat, apreasiasi yang luar biasa untuk mereka semua. 



          Saya mewakili team panitia mengucapkan terimakasih dan selamat kepada semua peserta yang telah   berhasil mengikuti rangkaian kegiatan PMO Tingkat Dasar IGI Palembang selama dua hari kemarin dengan baik, selamat pula atas kelulusan nantinya. Kegiatan PMO Tingkat Dasar ini membuktikan bahwa hasil akhir yang luarbiasa dari sebuah pelatihan bukan diukur dari predikat sertifikat saja namun juga proses pembelajaran yang bapak ibu peserta ikuti, dan saya yakin bapak ibu peserta adalah orang-orang pilihan yang berani untuk memilih kesempatan belajar dari kegiatan PMO. Inshaaallah sampai jumpa di momen kegiatan selanjutnya bapak ibu, teruslah semangat menjadi guru pembelajar.

          

Minggu, 20 Maret 2022

Koneksi Antar Materi-Pembelajaran Sosial dan Emosional

 



Menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam perspektif Ki Hadjar Dewantara, pendidikan bukan hanya proses transfer pengetahuan, tetapi bagaimana guru membimbing murid untuk menemukan hakikat jati diri, karakter, dan budi pekerti. Agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan, murid harus dilatih dalam berbagai keterampilan, sehingga mereka terbiasa melakukan keterampilan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup dalam masalah dan memiliki kemampuan untuk menemukan solusi dari masalah yang mereka hadapi.


Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, guru seringkali menghadapi berbagai masalah. Masalah yang dihadapi guru bisa berasal dari siswa, rekan kerja, atasan, keluarga, masyarakat, atau stres dari banyaknya tuntutan pekerjaan. Situasi seperti ini tentu dapat mengganggu proses pembelajaran di kelas. Kontrol emosi menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, kesadaran penuh mindfulness) menjadi suatu keharusan dalam memecahkan masalah. Dalam mindfulness, guru dapat mengelola konflik, mengelola stres, mengetahui cara berinteraksi dengan orang lain, mengetahui cara memahami diri sendiri, merasakan dan mengidentifikasi pikiran, perasaan, dan orang lain. Dengan memahami emosi, akan membantu untuk dapat merespons dengan tepat situasi yang sedang dialami, yang mengarah pada respons yang lebih baik. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kestabilan emosi, tetapi juga membuat guru menjadi panutan bagi murid.


Pembelajaran Sosial dan Emosional PSE) merupakan pembelajaran yang mengimplementasikan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang berkarakter baik. Dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional, terdapat lima Kompetensi Sosial dan Emosional KSE). Adapun lima KSE adalah sebagai berikut.

  1. Kesadaran diri, merupakan kesadaran yang dimiliki oleh seseorang atas keadaan dirinya sendiri, dalam rangka mengembangkan pemikiran melalui emosi dan perasaan yang dimiliki.
  2. Pengelolaan diri, merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan pengelolaan diri sendiri, seperti mengatur waktu, motivasi/semangat, rasa ingin tahu, dan minat.
  3. Kesadaran sosial, merupakan kemampuan seseorang secara penuh akan hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat, yaitu Kemampuan untuk bersimpati pada orang lain, kemampuan memahami perasaan orang lain, dan kemampuan berempati.
  4. Keterampilan berelasi, merupakan kemampuan untuk melakukan interaksi dengan orang-orang dan lingkungan sekitar. Keterampilan yang perlu dkembangkan dalam membangun kerja sama adalah Keterampilan menyampaikan pesan dengan jelas dan mendengarkan secara aktif, keterampilan menyatakan sikap setuju dan tidak setuju dengan sikap saling menghargai, dan keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok.
  5. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab, merupakan keterampilan yang berguna dalam mengambil keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Berikut ini hal yang perlu dilakukan oleh pengambil keputusan, yaitu mengevaluasi situasi, menganalisis alternatif pilihan mereka, dan mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan itu terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.


Pembelajaran Sosial dan Emosional dilaksanakan dalam bentuk 1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi; 2) menetapkan dan mencapai tujuan positif; 3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain; 4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif; dan 5) membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Kelima bentuk Pembelajaran Sosial dan Emosional dapat diterapkan di sekolah dengan menggunakan empat cara, yaitu:

  1. Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional KSE) secara spesifik dan eksplisit. Contohnya, sekolah memiliki program meditasi/yoga yang diikuti oleh seluruh siswa.
  2. Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid. Misalnya, dengan menerapkan teknik STOP dalam pembelajaran untuk mengembalikan fokus dan mengelola emosi siswa.
  3. Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid. Misalnya dengan membuat kebijakan sekolah dalam pengelolaan unit usaha sekolah, seperti kantin, koperasi siswa, unit produksi laundry dan bengkel untuk SMK).
  4. Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan, dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan kotak amal dan memasak bersama.


Untuk mengembangkan kesadaran diri, pengelolaan diri, kompetensi sosial, keterampilan berelasi, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan baik, guru harus memainkan peran yang mendukung siswa. Nilai-nilai yang membantu guru menjalankan perannya adalah mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Dengan berbekal nilai-nilai tersebut guru akan mampu menerapkan PSE mulai dari diri sendiri, dan di kelas yang diajar dengan berbagai inovasi. Dengan konsistensinya, guru dapat mengimbaskan kepada rekan guru lain sehingga secara kolaboratif PSE berjalan di sekolah sehingga pembelajaran menjadi berpihak pada murid. Semua kegiatan yang terlaksana akan bermakna dan berkembang jika setiap kegiatan diakhiri dengan refleksi.


Guru yang memiliki kesadaran diri akan mampu menghadapi berbagai situasi yang dengan emosi yang terkendali. Kompetensi pengelolaan diri penting dimiliki guru untuk membantu mencapai tujuan. Kompetesi kesadaran sosial yang baik akan mempermudah guru dalam merasakan perasaan siswa, melihat sesuatu dari sudut pandang siswa, dan memposisikan diri pada posisi siswa. Dengan demikian, guru mengerti akan kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda, meliputi kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar. Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan individu siswa yang bervariasi. Guru dapat mendiferensiasi konten pembelajaran, proses pembelajaran, maupun produk yang dihasilkan siswa. Untuk dapat melakukannya, guru harus memiliki keterampilan pengelolaan diri yang baik, keterampilan berempati, dan keterampilan membangun relasi. Keterampilan membangun komunikasi yang baik dengan siswa dan guru lain penting untuk lebih mengenali kebutuhan siswa. Dalam mengambil keputusan yang tepat, guru diharapkan dapat menerapkan KSE pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.


Mengoptimalkan kekuatan dan potensi yang dimiliki untuk menerapkan budaya positif di sekolah merupakan strategi yang efektif untuk membentuk nilai-nilai karakter baik murid. Jika pembelajaran sosial dan emosional ini menjadi budaya positif di sekolah, maka akan lebih mudah dan konsisten diterapkan karena sudah menjadi budaya dan komitmen bersama.  Dengan menerapkan Pembelajaran Sosial dan Emosional secara konsisten di sekolah, maka siswa akan memperoleh pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajaranya, menyiapkan siswa menjadi Tangguh menghadapi masalah dan menemukan solusi dari masalah yang dihadapi, serta mendidik siswa untuk menjadi orang yang berkarakter baik sehingga melahirkan generasi yang cerdas dan berkarakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasia.


Berikut ini infografis Koneksi Antar Materi Pembelajaran Sosial dan Emosional: