Jumat, 29 April 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PRINSIP PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil? 


Patrap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh R.M. Suwardi Suryaningrat yang kita kenal sebagai Ki Hajar Dewantara, selaku pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa yang terkenal dengan semboyannya : Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani di depan memberi teladan, ditengah membangun motivasi/dorongan, dibelakang memberi dukungan. Berdasarkan hal tersebut, sebagai seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya menerapkan konsep-konsep pengambilan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid. Diantaranya dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. 


Guru sebagai makhluk sosial dan moral tentunya memiliki nilai dan peran  dalam menuntun segala kodrat murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar anak, baik untuk dirinya sendiri, lingkungan sekolah, dan masyarakat. Sebab, telah tertanam nilai-nilai kebajikan, seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Semua itu merupakan hal yang sangat bertentangan dan mendasari ketika seorang guru mengambil sebuah keputusan pada kasus murid di sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran, tentunya mengalami dilema etika dan bujukan moral pada sebuah keputusan yang diambil saat menangani kasus murid atau teman sejawat di komunitas kelas dan sekolah. Dengan mempertimbangkan hal baik dan buruk kadang seorang guru melakukan keputusan benar lawan benar dan benar lawan salah. Pengambilan keputusan dalam sebuah permasalahan yang dihadapi murid ataupun teman sejawat di komunitas kelas atau sekolah memerlukan sebuah penyelesaian dengan cara kolaborasi melalui metode coaching model TIRTA yang merupakan akronim dari tujuan, identifikasi, rencana aksi, dan tanggungjawab.  


Metode coaching model TIRTA dan pengambilan keputusan sesuai dengan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 konsep pengambilan dan  pengujian keputusan dalam dilema etika, merupakan pilihan tepat dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Seorang guru diharapkan menanamkan nilai-nilai moral dan sosial yang dianut sesuai Triloka Ki Hajar Dewantara dalam mengambil sebuah keputusan yang berpihak pada murid.


Pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang pendidik harus memperhatikan berbagai aspek atau nilai-nilai kehidupan yang berpihak pada murid untuk mencapai sebuah kesuksesan belajar. Hal tersebut,  tentunya akan berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.


Implementasi pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika di komunitas kelas dan sekolah bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Kesulitan ataupun rintangan pasti ada. Diantaranya, masih terdapat anggota komunitas yang mempertahankan paradigma lama dengan menggunakan kekerasan fisik dan verbal dalam menyelesaikan kasus-kasus murid. Seilain itu , sulitnya menerima paradigm baru terkait pengambilan keputusan sesuai dengan dilema etika atau bujukan moral yang saya dapatkan pada program guru penggerak. Padahal, semua itu merupakan agen perubahan menuju transformasi pendidikan yang merdeka belajar dan menciptakan profil murid berjiwa pancasila.


Sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan yang tepat akan membuat murid-murid senang dan nyaman pada gurunya. Hal itu, merupakan sebuah bentuk motivasi dan dorongan bagi murid untuk mencapai kehidupan dan masa depan yang gemilang.


Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?





Nilai-nilai yang tertanam pada diri kita bahkan sejak kecil tentu sangat mempengaruhi pola pikir, gaya hidup, dan prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Selain itu juga latar belakang dan nilai-nilai kultur biasanya menjadi sebuah warisan dari generasi ke generasi berikutnya termasuk juga nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tua atau nenek moyang kita di masa lalu. Nilai-nilai yang kita adopsi tersebut kadang sering membuat kita merasa dilema dalam mengambil sebuah keputusan karena adakalanya sering berlawanan dengan kondisi yang ada misalnya nilai keadilan berlawanan dengan nilai rasa kasihan. Oleh karena itu seyogyanya nilai-nilai yang tertanam dalam kita dapat memberikan pencerahan bagi kita agar lebih bijak dalam mengambil keputusan, agar nantinya keputusan yang dihasilkan adalah keputusan terbaik bagi semua pihak, tanpa dipengauhi kepentingan pribadi ataupungolongan. 


Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya. 


)



Alhamdulillah kegiatan terbimbing pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan coaching yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam proses pembelajaran tentu sangat memberikan banyak pencerahan serta membantu saya selaku CGP untuk semakin memahami materi tersebut terutama dalam pengujian pengambilan keputusan. Melalui bimbingan pendamping atau fasilitator secara tidak langsung memberikan pengalaman belajar yang luar biasa kepada saya yakni hakikat tentang coaching yang sesungguhnya terutama pada kegiatan kolaborasi diskusi kelompok. InshaAllah pengambilan keputusan yang dilakukan pada saat melakukan sesi kolaborasi kelompok telah efektif karena dihasilkan melalui analisis terhadap 4 paradigma dilematika, 3 prinsip pengambilan keputusan, serta pengujian pengambilan keputusan bersama rekan CGP. Selain itu pengalaman belajar bahkan praktek langsung mengenai Coaching sangat membantu kami untuk berkolaborasi kembali pada saat kolaborasi dengan tema prinsip pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Sebab coaching sangat berperan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dari berbagai sisi potensi yang dimiliki coachee dan hal ini selaras dengan prinsip dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid.


Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan? 



Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional tentu sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan karena dalam menyelesaikan sebuah permasalahan, sejatinya guru bukan hanya melibatkan logika pemikiran saja melainkan juga disini sangat  penting bagi guru untuk dapat dengan bijak melibatkan sosial emosionalnya. Pada saat menghadapi suatu permasalahan dan mengalami dilematis untuk mengambil sebuah keputusan, dengan adanya kematangan pada aspek sosial emosional maka seorang guru dapat berpikir secara jernih mengenai keputusan yang akan diambi nantinya yakni melalui analisi paradigma dilematis, prinsip dan pengujian pengambilan keputusan. Dengan demikian, inshaAllah keputusan yang diambil nantinya merupakan keputusan terbaik bagi banyak pihak dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan efektif.


Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? 



Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika biasanya seringkali berpijak dari nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Pada umumnya naluri seorang akan ikut terlibat saat berhadapan dengan pembahasan studi kasus atau masalah moral serta etika. Misalnya saja seperti kasus dilema saat ingin mengisi nilai rapor bagi muridnya yang telat mengumpulkan tugas sementat nilai rapor akan menjadi penentu kelulusan bagi murid tersebut. Tentu secara idealis guru memiliki keinginan untuk adil dalam memberikan nilai hanya adanya nilai-nilai yang telah tertanam pada jiwa guru yakni nilai kasihan sebab disini guru bukan hanya melihat sisi angka nilai di rapor saja melainkan juga memikirkan masa depan murid jika seandainya diberikan nilai seadanya bahkan di bawah KKM. Namun rasa kasihan disini bukan dalam artian memberikan kebebasan yang membuat murid tersebut terlena tetapi guru tetap mencari solusi terbaik melalui analisis uji pengambilan keputusan, dan nantinya inshaaallah akan menghasilkan keputusan terbaik tanpa merugikan murid lain, misalnya memberikan tugas tambahan atau lulus dengan catatan adanya kesepakatan dengan murid tetsebut untuk menunjukan perubahan secara nyata dalam waktu dekat.



Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?




Keputusan yang tepat adalah keputusan yang diambil tanpa merugikan pihak lain serta diuji melalui 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan adanya pengambilan keputusan yang tepat atau pijak melalui analisis paradgma, prinsip dan pengujian pengambilan keputusan inshaaallah menjadi faktor pendukung dalam mewujudkan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Bagi seorang guru pengambilan keputusan merupakan hal sangat penting karena berkaitan dengan kepentingan warga sekolah khususnya murid, maka sebuah keputusan yang tepat nantinya akan berpihak pada kebutuhan murid. 

 


Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?



Adapun kesulitan-kesulitan di lingkungan saya yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini adalah adanya paradigma dilematis misalnya terdapat nilai bertetangan antara nilai keadilan lawan nilai rasa kasihan pada saat pemberian nilai rapor semester. Bahkan saking dilemanya saya sebagai guru seringkali membayangkan wajah-wajah murid pada saat mengikuti pembelajaran di social studies agar mendapat alasan untuk mengambil kebijakan penambahan nilai jika nilai akademik murid yang bermasalah tetapi anak tersebut terbayang begitu semangat mengikuti pembelajaran. Tentu hal ini juga kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan saya. Kesulitan tersebut tentu harus diselesaikan dengan berpijak pada salah satu prinsip dan pengujian pengambilan keputusan sebagai pemimpin  pembelajaran. 



Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?



Adapun pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita yaitu sangat mencerminkan peran kita sebagai guru yang berpihak pada murid. Hal ini dikarenakan bahwasanya prinsip yang kita pegang sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan tidak sembarangan melainkan melalui uji pengambilan keputusan antara lain menganalisis  sebuah permasalahan atau dilematis dengan melihat berbagai sisi terutama misalnya dalam memberikan nilai rapor semester murid. Guru sejatinya tidak hanya melihat dari sisi kemampuan akademik saja namun guru juga bisa melihat potensi lain yang dimiliki murid misalnya semangat mengikuti pembelajaran. Guru juga diharapkan dalam melibatkan kompetensi sosial serta emosional sebagai seorang pendidik agar dapat berpikir secara matang dalam menghadapi setiap murid yang memiliki kodrat, karakteristik, minat serta bakat yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian kita sebagai guru dalam memperlakukan murid secara merdeka namun tetap sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang ada.



Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?


 

Setiap keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu sangat berpengaruh kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Jika keputusan tersebut baik maka pengaruhnya juga baik bagi murid atau malah sebaliknya. Oleh sebab itu sangatlah penting bagi guru untuk lebih bijak dalam mengambil sebuah keputusan, yaitu melalui 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Misalnya masih berkaitan dengan kasus pemberian nilai rapor semester bagi murid yang bermasalah dengan tugas. Jika guru tidak mengambil keputusan yang bijak dan tepat, maka keputusan tersebut akan semakin membuat murid semakin tidak memperdulikan tugas-tugas dan menganggap remeh tugas dari gurunya, sebab tidak ada tindak lanjut yang mendidik saat memberikan nilai tambahan bagi murid. Namun sebaliknya jika guru dengan bijak mengambil keputusan yang tepat misalnya memberikan nilai tambahan namun dengan catatan murid tersebut menyelesaikan semua tugas yang belum dikumpulkan dengan waktu yang telah disepakati maka murid juga bukan hanya mendapat nilai tambahan dari guru tetapi juga belajar untuk bertanggung jawab dan memperbaiki cara belajarnya agar lebih baik. Dan apabila guru mengambil keputusan tidak memberikan tambahan nilai sama sekali tanpa adanya tindakan guru untuk memperbaiki cara belajar murid, maka berdampak murid tidak akan tuntas dan mata pelajaran dan berpengaruh pada kenaikan kelas atau kelulusan serta tentu juga berdampak psikologis sang murid jika ia gagal dan ia pun tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Dari analogi tersebut

kita sebagai guru tentu lebih mengetahui sikap apa yang sebaiknya diambil dalam menentukan keputusan yang berpihak pada murid namun tetap mendidik.

 


Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?


Dalam proses pendidikan, guru hendaknya dapat menggali kebutuhan belajar murid, kemudian melakukan pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi. Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun murid akan menghadapi kondisi yang mengharuskannya memiliki kemampuan mengelola emosi, merencanakan dan mencapai tujuan positif, membangun dan mempertahankan hubungan positif, merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Untuk itulah guru perlu menerapkan kompetensi sosial dan emosional dalam pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan di sekolah.


Pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah yang mengusung nilai-nilai, kesepakatan bersama, disiplin positif, maupun tata krama akan mewujudkan terciptanya budaya positif. Warga sekolah yang memiliki kendala dalam melaksanakan kegiatannya, dapat dibantu melalui coaching. Proses coaching akan membuat seseorang menggali kemampuannya untuk menyelesaikan hambatan yang dihadapi. Keputusan-keputusan yang diambil telah melalui serangkaian pertimbangan sehingga dapat dipertanggungjawabkan.





Pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam pengambilan keputusan hendaknya selalu bersumber pada nilai-nilai kebajikan yang diyakini. Dengan nilai yang dimiliki guru, antara lain mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid, maka keputusan yang akan diambil tentu akan berpengaruh positif pada masa depan murid. 

10 komentar:

  1. 1 keteladanan lbh baik drpd 1000 nasehat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget bu Kiki kembaran saya, makasih quotenya bu👍😍

      Hapus
  2. Masyaallah..terimakasih ilmunya miss Kiki..🙏🥰

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...semoga berkah dan bermanfaat miss Rena🤗

      Hapus
  3. Kereeeenn, menginspirasi sekaliii ibuk guru ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...syukron nindae..smoga berkah dan bermanfaat😍

      Hapus